SHUTTERSTOCK
ilustTRIBUNJOGJA.COM, SYDNEY -
Situs web Kepolisian
Federal Australia (Australian Federal Police/AFP) dan bank sentral
negara itu menjadi korban serangan siber. Sejumlah laporan di negara
itu, Kamis (21/11/2013), menyebut para peretas Indonesiasebagai pelaku
serangan tersebut.
AFP yang dikutip oleh Kompas.com menyebut serangan itu tidak
bertanggung jawab. Dikatakan, siapa pun yang melakukannya bisa
menghadapi tuntutan.
"Serangan-serangan ini tidak bertanggung jawab, dan tidak akan
memengaruhi kebijakan pemerintah," kata organisasi itu dalam sebuah
pernyataan.
"Kegiatan seperti meretas, menciptakan, atau menyebarkan virus
berbahaya bukanlah kesenangan yang tidak berbahaya. Hal-hal semacam itu
dapat mengakibatkan konsekuensi serius jangka panjang bagi individu,
seperti terkait masa hukuman seseorang."
Sejumlah pejabat polisi mengatakan, situs itu, yang tidak menyediakan
informasi sensitif, masih beroperasi ketika para staf meninggalkan
pekerjaan mereka pada Rabu malam. Namun, situs itu sudah tidak bisa
dibuka pada Kamis pagi ini.
Kejadian tersebut terjadi hampir dua minggu setelah para aktivis
kelompok Anonymous Indonesia mengaku bertanggung jawab atas peretasan
lebih dari 170 situs Australia dalam rangka memprotes laporan bahwa
Canberra memata-matai Indonesia.
Hubungan antara Indonesia dan Australia telah memburuk sesudah sebuah laporan muncul minggu ini.
Hal ini didasari pada dokumen yang dibocorkan buronan intelijen AS
Edward Snowden, bahwa Australia telah mencoba untuk menyadap ponsel
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan sejumlah orang dekat SBY,
termasuk istrinya, pada 2009.
Guardian Australia melaporkan bahwa seorang anggota Anonymous
Indonesia, yang menggunakan hashtag #IndonesianCyberArmy, mengklaim
bertanggung jawab atas serangan terbaru itu.
"Saya siap untuk perang ini!" kata peretas itu di Twitter, meskipun,
berdasarkan laporan kantor berita AFP, tweet itu tidak ditemukan.
Polisi Federal Australia tidak akan mengomentari siapa yang mungkin
bertanggung jawab. Namun AFP mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan
Pusat Operasi Keamanan Siber dan tim Computer Emergency Response
Australia untuk mengidentifikasi para peretas itu.
Situs web Bank Sentral Australia juga menjadi sasaran. Juru bicara
bank itu mengatakan, pihaknya telah menjadi korban serangan siber sejak
tengah malam hari Selasa.
Namun, sistem pendukung situs itu berfungsi sehingga situs web itu
masih beroperasi. "Bank punya sistem perlindungan untuk situs webnya,
sehingga situs bank tetap aman," kata juru bicara itu.
Anonymous diyakini sebagai kumpulan peretas yang organisasinya sangat
longgar yang melakukan serangan online secara internasional.
(AFP/Kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar